Selasa, 29 Juli 2008

Tuntunan Orangtua untuk Menjadi Pembicara dan Pendengar yang Baik

Sopian Muhammad


Komunikasi yang baik sangat penting untuk mencapai tujuan-tujuan sebagaimana yang diharapkan. Apalagi komunikasi antara orangtua dengan anak. Karena itu orangtua harus mampu menjadi seorang pembicara sekaligus pendengar yang baik.

Berikut berbagai tips untuk orangtua agar menjadi pembicara dan pendengar yang baik sebagaimana diuraikan Charles Schaefer, Ph.D dalam “How to Influence Children : Harmonisasi Hubungan Orantua – Anak” yaitu :

Menjadi pembicara yang baik :
1. Singkat dan ringkas
Jangan mendominasi percakapan dan hindari perkataan yang panjang lembar. Beri kesempatan pada anak untuk berbicara. Dengarkan sepenuhnya ketika anak berbicara. Ciptakan komunikasi timbal balik dan bersifat dialog.
2. Gunakan kata-kata sederhana, jelas, dan ekspresi yang tepat.
Anak lebih cepat memahami dan mengerti segala macam yang dilihat. Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila menerangkan sesuatu dengan memberikan contoh atau gambar. Untuk menerangkan suatu konsep yang abstrak, misalnya kematian, hubungkan dengan kejadian sehari-hari. Misalnya: “Dia sudah tidak bergerak lagi seperti anjing Tono yang mati kemarin”. Cara mengemukakan lebih penting daripada isi perkataan itu sendiri.
3. Gunakan juga bahasa imajinatif (simile, metafora, symbol) untuk memanfaatkan daya imajinasi anak.
4. Bicaralah dengan baik, halus dan menghargai anak.
Jangan berbicara dengan nada menghina, dogmatis atau menyindir, dan jangan menghentikan perkataan anak selagi ia belum selesai bicara. Perhatikan perkataan-perkataan yang akan Anda ucapkan sehingga anak dapat memahaminya dengan mudah.
5. Percakapan harus mengasyikkan, hidup dan bersemangat.
Jangan terlalu lama menghentikan percakapan. Gunakan ekspresi yang baik, jangan kaku dan monoton.
6. Berikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan secara langsung.
Bila Anda mempunyai rasa jengkel dengan tingkah laku anak, ekspresikan secara langsung (tapi tidak berlebihan), jangan mengungkapkannya dengan cara lain. Anak akan cepat menangkap ekspresi yang Anda sampaikan asal dengan cara yang tepat.
7. Untuk menunjukkan diri sebagai orangtua sejati, tunjukkan beberapa kebutuhan, kelemahan, emosi, keinginan, seperti orang lain pada umumnya.
8. Bicaralah hal-hal yang sesuai dengan topik pembicaraan, jangan menyimpang dari topik tersebut. Buatlah topik percakapan sesuai dengan kesenangan anak saat itu.
9. Pilihlah waktu yang tepat, gunakan waktu ketika Anda sedang santai sehingga dapat memberikan perhatian penuh. Salah satu saat yang tepat adalah sewaktu anak pulang sekolah, ketika sedang menikmati makanan kecil, atau yang lainnya.

Menjadi pendengar yang baik:
1. Tunjukkan rasa tertarik pada waktu memperhatikan aktivitas anak. Mereka akan bertambah semangat dan giat. Juga akan merasa dekat dengan Anda.
2. Pada saat tertentu anak sangat membutuhkan keberadaan orangtua untuk mendengarkan atau menuruti kebutuhannya, misalnya pada waktu sedih, takut, kecewa, atau yang lainnya. Mereka juga mengharap agar orangtua mau bercerita mengenai pengalaman-pengalaman atau berita yang menyenangkan. Anak mengharapkan orangtua tidak terlalu sibuk, tapi dapat meluangkan waktu untuk bercakap-cakap bersama. Sepulang dari sekolah merupakan waktu yang sangat baik untuk berada bersama-sama.
Apabila orangtua sibuk bekerja atau di luar rumah usahakan untuk menyempatkan diri berbicara atau menerima telepon dari anak. Apabila terpaksa tidak dapat melakukan kontak, pembantu rumah tangga bisa menjadi pengganti.
3. Dengarkan anak-anak dengan penuh konsentrasi dan jangan membagi perhatian terhadap hal lain. Carilah waktu yang tepat dan santai untuk bercakap-cakap dengan anak. Apabila benar-benar ingin mendengarkan anak dengan baik, jangan memilih waktu pada saat nonton TV, bermain, memasak. Jagalah kontak mata untuk menunjukkan bahwa Anda benar-benar memperhatikan. Buatlah suatu kesempatan agar anak bisa berdua bersama Anda, misalnya mengajaknya jalan-jalan.
4. Sabarlah dan beri kepercayaan si anak untuk berani berbicara. Sebagian anak memerlukan pancingan untuk memulai berbicara, misalnya: “Ceritakan kegiatanmu seharian”, “Saya ingin tahu kegiatanmu di sekolah sehari tadi”. Seandainya cerita putus di tengah seraya mengucap “Hmm, anu apa itu …”, Anda bisa memancing kembali, misalnya: “Kemudian apa lagi”, “Apa yang kamu lakukan kemudian ?” Jangan biasakan memutus pembicaraan si anak selama belum selesai bercerita. Banyak orangtua yang melakukan demikian, mungkin karena sudah tahu apa yang akan dikatakan ; ini tidak benar.
5. Perhatikan sikap Anda. Banyak orangtua yang tidak tahu bagaimana harus bersikap ketika sedang menyampaikan pesan pada anak. Misalnya sikap mendengarkan, tertarik, memperhatikan. Ada 6 sikap utama untuk memberikan perhatian pada anak, yaitu:
• menatap dengan penuh perhatian
• duduk mendekat
• seolah bersikap peka
• menegakkan tubuh
• menghadap pada pembicara
• menjaga kontak mata
6. Bantulah utuk menjelaskan atau menghubungkan suatu pengalaman dengan kata-kata Anda sendiri. Disamping menjelaskan hal-hal yang kurang dipahami anak, tuntunlah untuk dapat menghubungkan pengalaman dengan perasaan serta tingkahlaku. Di akhir suatu pembicaraan, Anda dapat membantu memberikan kesimpulan atau ringkasan apa yang dikatakan, kemudian membandingkan dengan suatu kiasan sehingga anak lebih paham persoalan yang dibicarakan.
7. Berlaku seolah-olah kaca (cermin). Anda harus mampu merefleksikan perasaan seperti apa yang telah diceritakan, baik dengan kata-kata atau ekspresi wajah. Misalnya anak menceritakan kejengkelan pada temannya yang nakal, tanggapilah dengan perkataan, misalnya : “Aduuh, kamu tentunya marah pada anak itu, lalu apa yang kamu lakukan?”. Tentu saja harus mengikuti dengan ekspresi wajah.
Perhatikan pesan yang tidak dikatakan melalui kata-kata. Misalnya: dengan nada suara (merengek), ekspresi wajah (muram), letih, gerakan tubuh, perubahan sikap umpanya menjadi pendiam, pemarah.

Tidak ada komentar: