Sopian Muhammad
Memang bukan sebuah isu baru jika dunia ini dikatakan tengah mengalami apa yang disebut sebagai konflik peradaban (clash of civilizations). Yaitu konflik antara peradaban Barat dengan peradaban Islam. Sebab dalam sejarahnya, sejak dulu hingga kini, benturan antara Barat dengan dunia Islam selalu terjadi. Karena itu persoalan ini sejatinya senantiasa menjadi perhatian kita sebagai umat Islam untuk tetap menyadarinya. Sebab salah seorang tokoh Yahudi berbangsa Amerika sendiri yaitu Samuel P. Huntington dalam bukunya yang berjudul The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order menyebutkan, konflik antara Barat dan Islam inilah yang merupakan konflik yang sebenarnya (dan akan selalu terjadi). Sedangkan yang dimaksud dengan istilah “Barat” tiada lain adalah “Western Christendom” (dunia Kristen Barat), yaitu suatu bagian dunia yang peradabannya dibangun terutama oleh nilai-nilai agama Kristen Barat.
Mengenai hal ini sebenarnya Allah Swt terlebih dahulu telah mengisyaratkan kepada kita umat Islam sebagaimana dalam firman-Nya :
“Tidaklah orang-orang Yahudi dan Kristen rela kepadamu sampai engkau mengikuti agama mereka.”
Penyebab terjadinya benturan peradaban ini dikarenakan tidak adanya “kesesuaian” antara nilai-nilai yang dianut Barat dengan nilai-nilai Islam. Peradaban Barat dilandasi sekularime (faham yang mengenyampingkan keimanan dalam berbagai aspek kehidupan tertentu), sedangkan peradaban Islam dilandasi keimanan (yang ruang lingkupnya menyentuh segala aspek kehidupan). Singkatnya, seperti diungkapkan Maryam Jameela – seorang Yahudi Amerika yang sebelum masuk Islam bernama Margaret Marcus – konflik ini muncul disebabkan adanya perbedaan yang sangat mendasar (fundamental) antara Barat dengan Islam (A. Husaini, 1999 :17).
Menurut Huntington, Barat (terutama dipelopori Amerika –pen) selalu berusaha “memaksakan” umat manusia (terutama umat Islam) di seluruh dunia untuk “menerima” dan “mengakui” nilai-nilai yang berlaku di Barat sebagai norma yang bersifat universal (E. Sudjana, 2002 : 28). Hal ini didukung dengan kekuatan politik, ekonomi, media informasi (media massa) serta ilmu pengetahuan dan teknologi bahkan militer yang hingga saat ini memang lebih dikuasai mereka.
Mengingat pembahasan mengenai terjadinya konflik antara Barat dan Islam begitu luas, maka penulis perlu membatasinya. Yaitu dengan menyoroti menglobalnya berbagai pemikiran atau nilai-nilai budaya Barat terhadap sikap atau perilaku generasi muda muslim kita saat ini.
Serbuan Pemikiran dan Perekayasaan Opini Publik
Barat menyadari, untuk mengalahkan umat Islam, mereka harus menyerang secara total dan menyeluruh, mencakup sisi aqidah, syariah, akhlak, serta melalui tradisi yang disusupkan dengan berbagai cara. Singkatnya, program penghancuran generasi muda Islam haruslah bersifat komprehensif atau mencakup semua aspek kehidupan. Generasi muda Islam harus dibuat ragu terhadap ajaran agamanya, dan diupayakan agar (walau sedikit demi sedikit) mereka meninggalkan nilai-nilai Islam dalam hidupnya.
Menggembar-gemborkan cara berpikir sekular (sekularisme) adalah salah satunya. Anehnya, faham ini tumbuh subur dikalangan umat Islam dewasa ini tidak terkecuali dikalangan muda-mudi muslimnya. Padahal, sekularisme merupakan “alat politik” Barat untuk memakmurkan nilai-nilai mereka di kalangan umat Islam.
Bentuk lain dari serbuan pemikiran yaitu dengan perekayasaan opini publik guna menyesatkan umat Islam. Misalnya dengan mengidentikkan konsistensi perjuangan Islam dalam amar ma’ruf nahi munkar sebagai perbuatan teror, melanggar hak asasi manusia (Ham), atau tuduhan lain yang mendeskreditkan. Sedangkan serbuan pemikiran yang berhubungan langsung dengan gaya hidup generasi mudanya adalah menciptakan kesan bahwa gaul-nya kaum muda modern – tidak terkecuali muda-mudi muslimnya - adalah mereka yang sikap atau perilakunya mengikuti nilai-nilai Barat. Disadari atau tidak, kenyataannya memang begitu banyak kaum muda muslim kita yang gaya hidupnya sarat dengan budaya Barat. Kebarat-baratan.
Adapun kesuksesan dari perekayasaan opini publik yang menyesatkan tadi sehingga generasi muda muslimnya terpengaruh, terutama karena kuatnya dukungan agenda setting media massa Barat dan media massa lain yang tidak sejalan dengan Islam. Apalagi media massa Barat disokong dana yang sangat besar sehingga jangkauannya mampu menembus dan merambah hingga ke seluruh dunia.
Mengenai adanya anggapan bahwa gaul-nya muda-mudi modern adalah peniruan terhadap nilai-nilai budaya Barat, paling tidak dapat kita cermati dalam hal tiga “f” yang menurut futuris John Naisbit merupakan ancaman globalisasi. Tiga “f” dimaksud adalah fashion, fun, dan food.
Dalam hal berpakaian (fashion), Barat telah berhasil menghujamkan pandangan dalam generasi muda muslim kita, bahwa model pakaian yang cenderung mengeksploitasi aurat (ketat, mini, transparan) adalah jenis pakaian yang trendi dan modern. Selain itu Barat pun mampu membudayakan berbagai gaya hidup yang menyimpang dari nilai-nilai Islam sebagai pilihan dalam bersenang-senang (fun). Bahkan, dalam soal minuman atau makanannya (food) pun - yang berasal dari Barat - tidak sedikit muda-mudi muslim kita yang menjadikannya sebagai suatu bagian dari tren sosial pergaulan atau simbolisasi dari generasi muda modern tanpa mengindahkan kehalalan atau keharamannya. Padahal mengenai fenomena peniruan dari semua itu Rasulullah telah bersabda :
“Barang siapa yang meniru suatu golongan, maka ia termasuk ke dalam golongan mereka.”
Contoh sederhana di atas memang merupakan hasil dari proses peniruan (imitasi) terhadap nilai-nilai atau budaya Barat. Adapun budaya atau culture menurut Mac Iver adalah ekspresi dari jiwa yang terwujud dalam pergaulan, sikap atau perilaku seseorang (Suparno, 1987 : 164).
Dalam wacana kebudayaan, penyebaran kebudayaan (difusi) sangat mempengaruhi terjadinya peniruan ini (budaya Barat). Sedangkan akibatnya terjadilah pergeseran sosial budaya (culture social change) yang dapat mengancam nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat terutama di kalangan generasi muda muslimnya.
Karena difusi ini sudah tidak bisa dihindari, maka sudah menjadi keharusan bagi kita sebagai muslim untuk berhati-hati serta tidak terpengaruh ataupun terjebak dalam pola pikir, sikap, dan perilaku yang mengarah kepada nilai-nilai budaya Barat (yang tidak sesuai dengan norma-norma Islam). Sedangkan terkait dengan pokok bahasan ini, maka generasi muda muslim yang pola pikir, sikap atau perilakunya yang cenderung menganut nilai-nilai “Barat”, dapatlah dikatakan sebagai “korban” dari konflik yang terjadi antara Barat dengan Islam. Mereka adalah generasi yang “tergoda” atau “terlena” oleh nilai-nilai budaya Barat. Padahal Leopold Weiss yang setelah memeluk Islam bernama Muhammad Asad mengatakan :
Hanya manusia-manusia yang sangat dangkal pandangannya dapat percaya bahwa kita mungkin meniru suatu kebudayaan (peradaban) tanpa dipengaruhi jiwa peradaban itu. Peradaban bukanlah suatu bentuk kosong, tetapi suatu energi yang hidup. Pada saat kita sudah mulai menerima bentuk kebudayaan lahir (peradaban) itu, arus-arus yang terpadu padanya dan pengaruh-pengaruh dinamikanya mulai bekerja di dalam diri kita. Dengan perlahan-lahan dan tidak tampak, (kebudayaan) itu membentuk seluruh sikap mental kita. Dengan penilaian yang sempurna atas pengalaman-pengalaman seperti itu, Nabi Saw pun bersabda, “siapa saja yang meniru suatu kaum, ia telah menjadi satu bagian dengan mereka (kaum itu).” (Z.Asharfillah, 2003 : 44)
Kunci utama dari keberhasilan Barat untuk “memperdayai” umat Islam - terutama generasi mudanya – sesungguhnya adalah dengan menciptakan kehidupan dunia seindah mungkin, dengan segala pesona dan kehingar bingarannya.
Allah berfirman :
“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman...”(QS.Al Baqarah : 212)
Film dan Media Massa
“Indahnya dunia” dengan segala “kesenangannya” terbukti telah membuat banyak muda-mudi muslim kita tergoda, tergiur, bahkan terlena. Sedangkan gambaran “indahnya dunia” (versi Barat), dapat kita lihat dari cerita dalam film-film terutama film tentang dunia muda-mudi yang sengaja mereka ekspose sebagai bagian dari misi perfilman Barat yang “dikomandani” Hollywood untuk memakmurkan budaya mereka keseluruh dunia.
Dari film-film itulah, diharapkan generasi muda muslimnya terpengaruh “indahnya dunia” (mereka) dari mulai pergaulan bebasnya, gaya hidup yang serba “wah”, sampai kehingar-bingaran hidup lainnya. Sekedar contoh, film-film, khususnya yang (pernah) ditayangkan televisi, yang memiliki tendensi kearah itu : “Beverly Hills 90210”,
Dawson’s Creek”, “Models Inc”, “Baywatch” serta masih banyak judul film lainnya.
“Beverly Hills 90210” yang pernah sukses di RCTI misalnya, menggambarkan “keindahan” pergaulan bebas dan lakon cinta anak-anak mahasiswa dan muda-mudinya. Film Amerika ini sukses dengan dua kali tayang, karena (ternyata) memang banyak digandrungi generasi muda kita. Selain sarat dengan kisah percintaan, “BH 90210” juga kental dengan gaya hidup bebas lain yang bisa membuat kaum muda mudah terpengaruh, mengingat kondisi psikologis mereka yang masih “rentan”.
“Dawson’s Creek” juga menceritakan tentang indahnya romantika muda-mudi dengan kisah kasih yang mempesona sehingga acara inipun banyak diminati kalangan muda. Tidak mengherankan apabila TPI sendiri menganggap acara ini sebagai film yang diunggulkan karena banyak digemari mereka.
“Models Inc” yang (pernah) ditayangkan SCTV, merupakan contoh lain dari film Barat yang turut memakmurkan “keindahan” pakaian yang mengeksploitasi aurat sebagai trend. Sedangkan muatan lain dari film ini pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan “BH 90210” ataupun “Dawson,s Creek”. Yaitu menggambarkan indahnya dunia muda-mudi modern dengan segala gaya hidupnya. Kabarnya, film ini pun cukup mendapat sambutan.
“Baywatch,” yang juga dulu sukses dan beberapa kali diputar di RCTI, adalah satu dari sekian banyak film Amerika di televisi yang seolah sengaja mengikis pandangan, bahwa aurat adalah hal yang sakral dan tabu dipertontonkan. Melainkan sesuatu yang “indah” untuk disaksikan.
Selain film-film yang disebutkan di atas, tentu masih sangat banyak film-film Barat lain yang pada dasarnya mengemban satu misi : globalisasikan nilai-nilai atau sikap hidup Barat ke seluruh dunia.
Menurut seorang pengamat dan pakar perfilman, film memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam mempengaruhi seseorang. Karena kuatnya daya pengaruh film, maka para muda-mudi yang merasa senang bahkan menggandrungi film-film tadi, (kemungkinan) akan terpesona dan tergiur dengan segala kehidupan mereka (para pemainnya) yang dianggap serba “menyenangkan’ dan “wah” itu. Apalagi secara psikologis, para muda-mudi memang lebih mudah untuk terpengaruh dan meniru-niru. Mulai dari meniru cara berpakaian para pemain idolanya, sampai gaya hidup dan pergaulan bebasnya.
Adapun berbagai kasus terjadinya peniruan dari film-film sudah banyak dibuktikan. Salah satunya seperti hasil penelitian yang dilakukan Evry, Lewis, dan Flik. ” (Gerungan, 1996 : 197).
Kemudian, semakin gandrungnya muda-mudi muslim yang memakai pakaian dengan aurat lebih terbuka (mengikuti mode tertentu), cara hidup yang konsumtif dan hura-hura, terjadinya budaya kekerasan, serta gaya hidup lain yang cenderung tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, juga tidak sedikit yang dipengaruhi film/televisi tadi. Singkat kata, Barat telah berhasil mempengaruhi generasi muda muslim untuk mengikuti nilai-nilai mereka dengan film-film atau tayangan (acara) televisi lain yang diproduksinya. Ironinya, film, sinetron, atau acara televisi yang diproduksi dalam negeri pun, ternyata juga sudah banyak yang jauh mengikuti nilai-nilai Barat.
Ancaman budaya atau nilai-nilai Barat memang tidak hanya dari tayangan-tayangan film atau televisi termasuk situs-situs porno di internet. Media cetak pun seperti koran, tabloid, majalah banyak yang turut memakmurkan nilai-nilai Barat dengan menjual gambar-gambar perempuan bugil sebagai penyedap berita. Naudzubillah !
Berbagai Tempat Hiburan
Hingar bingarnya tempat-tempat hiburan seperti diskotek dengan house music-nya, bar dengan minuman kerasnya, pub dengan para gadisnya, kafe dengan live music plus narkobanya, tempat-tempat hiburan lain dengan perjudiannya, dengan free sex atau sex party-nya, merupakan berbagai “kesenangan dunia” yang sangat tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Tempat-tempat hiburan tentulah tidak sebatas itu. Tempat digelarnya konser musik, baik musisi-grup band dunia maupun musisi-grup band lokal, juga merupakan tempat hiburan yang banyak digandrungi muda-mudi muslim kita. Hal ini terbukti dengan ramainya para pengunjung setiap kali konser tersebut diadakan, meskipun tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan. Padahal konser semacam itu sarat dengan hiruk pikuk atau perilaku sosial yang cenderung tidak islami bahkan - kalau mau direnungkan sedikit saja - memang sudah kebarat-baratan.
Tidak sedikit pula hiburan dari ajang tertentu yang banyak diminati oleh sebagian muda-mudi muslimnya. Seperti berbagai pestival atau kontes yang meskipun terkesan “keindonesiaan”, tetapi sesungguhnya sarat dengan nilai-nilai Barat. Sebagai contoh ; kontes kecantikan tertentu, berbusana serasi tertentu ataupun sejenisnya yang cenderung mengeksploitasi aurat. Bahkan dalam hal auratisme ini, hampir segala bentuk ajang, para pesertanya memang seringkali mengenakan pakaian yang relatif “terbuka”. Tidak terkecuali seperti yang terjadi di ; “Indonesian Idol” - RCTI, “Akademi Fantasi Indosiar” - AFI, “Kontes Dangdut TPI” atau yang lainnya. Begitupun dengan ramainya muda-mudi muslim yang antusias mengikuti kontes pemilihan cover boys atau cover girls untuk majalah yang posisioningnya hiburan atau gaya hidup metropolitan maupun sejenisnya. Mereka semua berharap, suatu saat nanti bisa menjadi artis, beken, dan kaya walaupun harus berpose telanjang dada bahkan paha. Suatu cara pandang materialis-hedonis. Cara pandang layaknya pengikut “nabi” Auguste Comte. Sebab Comte dengan positivisme-nya “mengajarkan”, bahwa manusia yang paling tinggi perkembangannya adalah mereka yang sikap dan perilakunya berorientasi pada materi.
“Disitulah diuji orang-orang yang beriman, dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.” (Al Ahzab : 11)
Padahal :
“Orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling taqwa.” (Al Hujurat : 13)
Begitulah cara Barat “menjadikan dunia ini indah” dengan segala “kesenangannya”, sehingga generasi muda muslim kita yang jadi “korbannya” berangsur-angsur menjauhi agamanya. Apabila sudah demikian, maka mereka akan enggan untuk menghadiri pengajian atau acara keislaman lainnya. Sebab, mereka akhirnya merasa aneh untuk menghadirinya, atau merasa asing dengan kegiatan semacam itu.
Menata Shaf Generasi Muda Muslim
Mengingat begitu dahsyat dan gencarnya upaya Barat untuk terus melemahkan dan menghancurkan umat Islam, maka sebagai generasi penerus, kita harus senantiasa menjaga kesadaran sebagai seorang muslim.
Berikut ini tiga tahap kesadaran yang diharapkan dapat membuat muda-mudi atau generasi muda muslim bangkit :
Kesadaran pribadi
Sebagai seorang muslim, kita harus mengambil peran, minimal membentengi diri dengan berpegang teguh pada dienul Islam, dari ancaman pengaruh nilai-nilai Barat yang semakin merebak.
Kesadaran kolektif
Dari kesadaran individu, diharapkan muncul kesadaran bersama untuk mengupayakan terhindarnya generasi muda muslim dari pengaruh nilai-nilai Barat.
Kesadaran organisasi
Sebuah organisasi, sangat penting untuk mewujudkan kesadaran individu dan kesadaran kolektif dalam bentuk langkah nyata guna melakukan “perubahan”. Perubahan yang dimaksud, yaitu sebisa mungkin melakukan action dalam berbagai upaya untuk menggalang solidaritas demi menyelamatkan generasi mudanya dari pengaruh Barat. Termasuk memberikan penyadaran bahwa nilai-nilai budaya Barat adalah racun yang mematikan bagi nilai-nilai Islam.
Kesadaran Seluruh Umat
Ancaman terhadap akhlak generasi muda muslim kita pada hakekatnya adalah ancaman terhadap seluruh umat Islam. Oleh karena itu, kita sebagai sasama umat Islam - tanpa terkecuali apapun status sosial dan profesinya - harus menyadari bahkan memiliki kepedulian untuk meng-counter nilai-nilai budaya Barat. Yaitu nilai-nilai budaya yang dapat merusak nilai-nilai Islam dalam setiap sikap dan perilaku kita sebagai seorang muslim. Bukan malah turut menumbuh suburkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar