Selasa, 29 Juli 2008

Apabila Istri Bekerja

Sopian Muhammad


Dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Scanzoni (1980) diungkapkan bahwa perkawinan dual-career dikatakan berhasil jika diantara kedua belah pihak (suami-istri) saling memperlakukan pasangannya sebagai partner yang setara. Pada umumnya, mereka tidak hanya akan berbagi dalam hal income, namun tidak segan-segan berbagi dalam urusan rumah tangga dan mengurus anak.
Adapun berbagai kiat yang dapat dilakukan terkait untuk mewujudkan hal itu, psikolog Jacinta F. Rini dalam e-psikologi.com antara lain menyebutkan :

1. Manajemen waktu
Manajemen waktu merupakan strategi yang perlu diterapkan oleh para istri/ibu bekerja untuk dapat mengoptimalkan perannya sebagai ibu rumah tangga, istri dan sekaligus karyawati. Beberapa anjuran yang bisa dipraktekkan :
• Tentukan dan tetapkan tujuan Anda dalam bekerja.
• Tetapkan dan tentukan prioritas Anda.
• Delegasikan beberapa tugas (baik tugas kantor maupun tugas rumah) kepada orang lain.

2. Manajemen keluarga
Bagi istri/ibu yang bekerja, memiliki peran ganda membutuhkan komitmen yang tinggi. Di rumah, seorang ibu dituntut untuk memberikan perhatian pada seluruh anggota keluarga. Jadi mempekerjakan pembantu rumah tangga sangat membantu meringankan pekerjaan di rumah. Dengan begitu, sepulang kerja atau pun waktu libur, Anda dapat lebih rileks, serta punya waktu untuk bersantai bersama keluarga dan bahkan berkomunikasi secara intensif dengan suami dan anak-anak.

3.Manajemen pekerjaan
Guna mengusahakan keseimbangan waktu bersama keluarga, istri perlu bersikap lebih efisien dan produktif dalam pekerjaan. Semakin tidak efisien dan produktif, makin banyak pekerjaan yang tertunda dan makin berat untuk menyelesaikannya. Akibatnya hal ini akan menghambat hubungan dengan keluarga. Selain itu Anda jadi tegang terlebih-lebih dengan deadline yang kiat dekat. Seperti yang telah diungkap sebelumnya, jika mungkin, delegasikan beberapa pekerjaan yang dapat Anda berikan pada orang lain agar waktu kerja Anda lebih efisien dan produktif.

4. Manajemen diri
Cermati, seberapa tinggi tingkat toleransi Anda terhadap stres dan hal-hal apa saja yang dapat membuat Anda stres. Hindari tindakan-tindakan atau kegiatan yang hanya akan menambah persoalan, dan rubahlah cara berpikir irrasional yang mengganggu kenyamanan hidup Anda. Ciptakan suasana rileks dalam hati Anda dan berpikirlah positif, agar Anda tidak terlalu tegang dan mudah reaktif terhadap orang lain. Sering-sering bercanda (humor) dengan keluarga dan teman-teman, sangat bermanfaat untuk melepaskan kejenuhan, ketegangan dan kebosanan.

5. Menjaga dukungan sosial
Menjaga hubungan baik dengan rekan-rekan di sekeliling Anda serta atasan, sangat penting untuk mencegah timbulnya masalah yang tidak perlu. Bahkan, dukungan moril dan emosional dari rekan-rekan dan atasan, dapat membuat Anda lebih bersemangat kerja. Keberadaan mereka, dapat berperan dalam membantu Anda saat menghadapi masalah keluarga. Pengertian dan perhatian mereka, membuat Anda merasa lebih nyaman saat Anda harus meninggalkan kantor atau menunda pekerjaan karena masalah-masalah berat dan penting di keluarga.
Dalam artikel itu juga, Jacinta mengungkapkan beberapa hasil penelitian menyangkut situasi-situasi keluarga yang keduanya (suami - istri) sama-sama bekerja:

• Kepuasan hidup
Dari studi yang dilakukan oleh Ferree (1976), wanita yang bekerja tingkat kepuasan hidupnya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja, meski ada beberapa faktor lain yang ikut menentukan.

• Kebahagiaan perkawinan
Menurut penelitian Freudiger (1983), ukuran kebahagiaan hidup wanita yang sudah menikah, dapat ditinjau dari tiga kategori : wanita bekerja, wanita pernah bekerja, dan wanita yang belum pernah bekerja. Dari ketiga kategori tersebut menunjukkan bahwa bagi para istri dan ibu bekerja, kebahagiaan perkawinan tetap menjadi hal yang utama, dibandingkan dengan kepuasan kerja.
Sedangkan dari penelitian Walters dan McKenry (1985) menunjukkan, bahwa mereka cenderung merasa bahagia selama para istri/ibu bekerja tersebut dapat mengintegrasikan kehidupan keluarga dan kehidupan kerja secara harmonis. Jadi, adanya konflik peran yang dialami oleh ibu bekerja, akan menghambat kepuasan dalam hidupnya. Perasaan bersalah (meninggalkan perannya sementara waktu sebagai ibu rumah tangga) yang tersimpan, membuat sang ibu tersebut tidak dapat menikmati peran-nya dalam dunia kerja.

• Dukungan suami
Dari penelitian Jones dan Jones (1980) terungkap bahwa sikap suami merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan dual-career marriage. Suami yang merasa terancam, tersaingi dan cemburu dengan status “bekerja” istrinya, tidak bisa bersikap toleran terhadap keberadaan istri yang bekerja. Ada pula suami yang tidak menganggap pekerjaan istri menjadi masalah, selama istrinya tetap dapat memenuhi dan melayani kebutuhan suami. Namun ada pula suami yang justru mendukung karir istrinya, dan ikut bekerja sama dalam mengurusi pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Dalam kondisi yang terakhir ini, pada umumnya sang istri akan lebih dapat merasakan kepuasan dan kebahagiaan dalam hidup, keluarga dan karirnya.

Tidak ada komentar: