Kamis, 16 Juni 2011

Menumbuhkan Sikap Qona’ah


Sopian Muhammad


Berbahagialah keluarga yang memiliki sifat qona’ah. Qona’ah dapat dipahami sebagai sifat yang selalu merasa cukup atau bersyukur dengan apa yang ada.
Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan adalah hati yang selalu merasa cukup. (HR. Bukhari Muslim)
Qona’ah merupakan harta kekayaan yang tidak ada habisnya. Orang yang hidupnya melekat dengan sifat ini, dengan sendirinya hatinya menjadi kaya. Ia tidak terpengaruh oleh beragam godaan untuk meraih harta dan kedudukan secara dzalim.
Orang yang qona’ah, pastinya selalu bersyukur atas karunia yang diberikan Allah. Ketika dilimpahi banyak kekayaan materi, hidupnya pun sederhana.
Dalam konteks kehidupan keluarga, orangtua harus menjadi teladan dalam menunjukkan sifat ini sebelum mereka mengajarkannya kepada anak-anak. Melalui keteladanan, mereka dapat memberikan pemahaman kepada anak-anaknya itu mengenai pentingnya memiliki sifat qona’ah. Jika tidak, bersiap-siaplah menghadapi beragam persoalan pelik kehidupan anak (keluarga) yang terjerat dalam gaya hidup konsumtivisme, materialisme, hedonisme. Gaya hidup yang terbukti telah menyengsarakan kehidupan keluarga. Sedangkan perwujudan dari qona’ah, tercermin dari perilaku hidup sederhana. Sederhana dalam arti tidak berlebih-lebihan, atau sesuai standar kemampuan (ekonomi) yang ada (keluarga).

Keimanan yang Benar
Fondasi utama untuk membangun sifat ini adalah keimanan atau keyakinan yang benar.
• Keyakinan yang benar kepada Allah Swt
• Keyakinan yang benar kepada sifat-sifat-Nya
• Keyakinan yang benar tentang takdir Allah (yang baik dan buruk)
• Keyakinan yang benar terhadap hari akhir (Kiamat)
Keyakinan yang benar terhadap semua itu merupakan landasan utama dalam menumbuhkan mental yang sangat istimewa ini, qona’ah.

Keimanan yang kokoh kepada Allah, hanya akan terwujud melalui pemahaman yang benar dan mendalam terhadap firman-firman-Nya, perintah dan penjelasan-Nya, serta yang disampaikan oleh Rasul-Nya. Begitu pula dengan keimanan kepada baik buruknya takdir Allah dan hari akhir.
Keyakinan yang benar terhadap takdir Allah akan menimbulkan perasaan tenang dan ridha terhadap apa yang dialami, suka maupun duka. Sedangkan keimanan terhadap kepastian datangnya hari akhir akan menstimuli seorang mukmin menunjukkan sikap zuhud.
Berkat dasar-dasar keimanan sebagaimana disebutkan di atas, kehidupan suatu keluarga (rumah) dengan sendirinya menjadi surga bagi penghuninya. Sebab nilai-nilai Islam termasuk qona’ah menjadi perhiasan yang memperindah kehidupan sehari-hari setiap anggota keluarga. Dengan demikian semakin jelaslah bahwa ilmu agama merupakan faktor utama guna menjadikan rumah sebagai surga. Baiti jannati; rumahku surgaku.

Kesungguhan Orangtua
Terciptanya sebuah keluarga menjadi surga/neraka bagi para penghuninya, turut ditentukan oleh kesungguhan peran para orangtua dalam menerapkan/tidak menerapkan keutamaan nila-nilai Islam itu.
Berbekal pemahaman agama, para orangtua akan mengetahui persis bagaimana menyikapi hidup dan kehidupan keluarga, termasuk dalam memperoleh dan membelanjakan harta. Dengan ilmu agama pula, para orangtua bisa mengetahui hakikat hidup, manfaat dan bahaya harta serta pentingnya qona’ah.
Qon’aah adalah harta teristimewa di tengah-tengah kehidupan dunia yang sudah terkontaminasi bahaya konsumtivisme serta gaya hidup materialisme-hedonisme. Ketiganya merupakan isme-isme yang bersumber dari hawa nafsu yang senantiasa menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat Tuhan (QS. Yusuf:53).
“Jauhilah sifat ‘syuhh’, karena sifat ‘syuhh’ telah membinasakan orang-orang sebelummu, mendorong mereka untuk menumpahkan darah mereka dan melanggar hal-hal yang diharamkan bagi mereka.” (HR.Muslim)
Imam Ibnu Rojab al-Hanbali Ra menjelaskan, syuhh adalah ambisi yang mendorong seseorang mengambil sesuatu yang tidak halal, serta tidak menunaikan kewajiban terhadapnya. Qona’ah meredam segala sikap semacam itu.
Perlu ditegaskan, bahwa perwujudan sikap qona’ah bukan berarti hanya berdiam diri dengan segala kekurangan, teutama materi. Berikap qona’ah yang benar adalah mensyukuri yang ada, namun tetap berikhtiar, termasuk berikhtiar dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga yang dilandasi pengharapan terhadap keridhaan Allah.
Ketika keluarga dianugerahi limpahan rezeki, para penghuninya tidak berhura-hura dan membeli berbagai produk yang sesungguhnya tidak begitu diperlukan. Mereka lebih senang membelanjakan hartanya di jalan Allah. (MI-Spn)

Tidak ada komentar: