Selasa, 29 Juli 2008

Meninggikan Derajat Melalui 3 Perkara

Sopian Muhammad

Semua manusia berada dalam keadaan terhina. Kecuali mereka yang beriman dan senantiasa berusaha untuk meng¬ang¬kat derajatnya di hadapan Allah Azza wa Jalla. Perkara apa saja yang dapat mengangkat derajat seorang hingga ia memperoleh kemuliaan dari Allah?

Berdasarkan salah satu hadits Nabi Saw yang diri¬wa¬yatkan Ath Thabrani, bahwa ada tiga perkara yang da¬pat men¬g¬angkat derajat manusia yakni: menyebarkan salam diantara sesama muslim, memberi makan orang lapar, dan senantiasa mendirikan shalat malam.

Menebarkan Salam
Menyampaikan salam: “Assalamual’aikum warahmatullahi wabara¬kaa¬tuh” adalah do’a keselamatan, rahmat, dan keberkahan. Bila kita mengucapkan salam pada saudara sesama muslim, berarti kita mendoakannya. Tatkala orang yang disalami menjawab, “Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakaatuh,” berarti kita pun telah dido’akan¬nya pula.

“(Kepada mereka dikatakan) “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (Yaasin : 58)

Karena itu, sudah menjadi kewajiban setiap muslim untuk menjawab salam dari saudaranya sesamanya muslim. Sedangkan orang yang lebih dulu menyampaikan salam hukumnya adalah sunnah.

Sungguh indah apabila antar sesama muslim menebar salam ini dengan penuh ketulusan serta diterap¬kan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab menebarkan salam merupakan salah satu wujud dari penghormatan dan persau¬daraan yang harus terus dibina dan dikem¬bangkan dalam bingkai ukhuwah Islamiyah.

“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa) sesungguhnya Allah memper-hitungkan segala sesuatu.” (An Nisaa’ : 86)

Memberi Makan Orang Lapar
Betapa besar kemuliaan seorang mukmin yang senang memberi makan orang-orang lapar. Sebaliknya, hina nian sikap membiarkan orang lain menderita ke¬laparan, sedangkan ia mampu menolongnya.

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenar¬nya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di ha¬ri Kiamat....” (Ali Imran : 180)

Hasan al Bashri r.a berkata, “Semoga Allah melaknat orang yang telah Dia beri rizki, tetapi tidak menyedekahkan¬nya.”

Dalam suatu riwayat diceritakan, Rasulullah Saw bersabda, “Perbanyaklah mengenal orang-orang fakir dan raihlah tangan mereka, sebab mereka mem¬pu¬nyai dawlah.” Para sahabat kemudian bertanya, “Ya Rasulullah, apa dawlah mereka?”

Jawab Rasulullah Saw, “Pada hari Kiamat dikatakan kepada mereka, ‘Lihatlah ma¬ka-nan, minuman, atau pakaian kalian. Lalu ambil dan ba¬wa¬lah ke surga.”

Shalat Malam
Shalat memiliki berbagai macam keutamaan termasuk me¬ning¬gikan derajat bagi orang-orang yang konsisten mengerjakannya. Begitu pula dengan kebiasaan mendirikan shalat malam (qiyamullail) atau yang biasa disebut sebagai shalat Tahajjud.

“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ia¬lah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan ren¬dah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, me¬reka mengucapkan kata-kata yang baik, dan orang yang mela¬lui malam hari dengan bersujud dan berdiri (shalat) untuk Tu¬han mereka.” (Al Furqaan : 63-64)

Ibnu Mas’ud r.a. mengatakan, “Keutamaan shalat malam atas shalat pada siang hari seperti keutamaan sedekah yang dilakukan sembunyi-sembunyi atas sedekah yang dila¬ku-kan dengan terang-terangan.”

Amr Ibnul Ash mengatakan yang kemudian ditakhrij oleh Ibnu Abid-Dunya, “Satu rakaat pada shalat yang dilakukan di malam hari lebih baik dari sepuluh rakaat pada siang hari.”

Alasan dilebihkannya shalat malam dibanding shalat pa¬da siang hari, karena shalat pada malam hari lebih menyentuh wilayah kerahasiaan dan lebih dekat dengan keikhlasan. Se¬hingga orang-orang salaf berusaha sebisa mungkin untuk me¬nu¬tupi rapat-rapat kebiasaannya melakukan shalat Tahajjud.

“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan diwaktu itu lebih berkesan” (Al Muzzammil : 6)

Alasan lain yang menjadi pertimbangan keutamaan shalat malam (tahajjud) karena bisa lebih berlama-lama melak¬sa¬nakan shalat, dan saat seseorang bisa lebih dekat dengan Rabb¬nya. Pada saat itu pula pintu-pintu langit dibukakan, doa-doa dikabulkan, dan segaa permintaan orang yang sangat mem¬butuhkan diangkat.
Aisyah r.a berkata kepada seseorang, “Jangan pernah eng¬kau tinggalkan qiyamul lail, karena sesungguhnya Rasu¬lullah tidak pernah meninggalkannya. Dan ketika Rasulullah dalam keadaan sakit, atau sedang tidak berkenan, ia masih berusaha shalat dengan duduk.”

Diantara keutamaan shalat malam ini, Allah merasa se¬nang dan para malaikat merasa bangga dengan mereka.

Diriwayatkan oleh Ath Thabrani dan beberapa orang lainnya dari hadits Abud Darda r.a, dari Nabi Saw, beliau ber¬sab¬da, “Kepada tiga orang Allah memberikan cinta-Nya, kepa¬da tiga orang Allah melepemparkan senyum-Nya, dan kepada mereka pula Allah menaruh pengharapan baik-Nya – lalu Rasulullah menyebutkan satu dari mereka –, yakni orang yang beristrikan seorang perempuan yang rupawan dan tempat tidur yang empuk, namun tetap bangun pada sebagian malamnya. Lalu Allah berfirman, ‘Yang meninggalkan syahwatnya untuk kemudian berdzikir kepada-Ku, yang seandainya ia mau, ia akan tidur. Dan orang yang jika menempuh perjalanan ia ter¬gabung dalam satu rombongan. Ketika rombongan itu terjaga kemudian terlelap, ia justru bangun pada waktu menjelang sahur, baik ia dalam keadaan senang atau susah.”

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya merasa senang dengan tulisan ini. semoga memberi manfaat bagi upaya menumbuhkan kesadaran untuk menjadi manusia yang berderajat tinggi di hadapan-Nya.

Salam.
Muhammad Ansor