Selasa, 29 Juli 2008

Tuntunan dalam Memberikan Tugas – Pekerjaan pada Anak

Sopian Muhammad


Mulai pada tahap atau perkembangan tertentu, anak perlu diberi tugas. Pemberian tugas ini mempunyai dua maksud yaitu ; mengenalkan pada pekerjaan dan mengenalkan konsep pembagian tugas keluarga.

Bekerja mempunyai arti besar bagi perkembangan kebutuhan dan harga diri. Kecakapan-kecakapan yang bisa dipelajari dari kebiasaan kerja antara lain: konsentrasi, ketekunan, ketepatan, melatih bagaimana membuat keputusan dan ketepatan, melatih untuk dapat berdiri sendiri tanpa pengawasan orang lain.

Biasanya anak yang tidak mau mengerjakan tugasnya menghindar dengan alasan, “Saya sibuk”, “Saya lelah”, dan lain-lain. Guna mengatasinya, orangtua harus memberikan tugas sebelum mereka menjalankan aktivitas yang lain. Disamping itu, anak tidak suka melakukan sesuatu dalam suasana sepi, jauh dari teman atau anggota keluarga lainnya seperti membersihkan gudang di belakang rumah sendirian. Mereka akan lebih senang apabila orangtua berada di sekitarnya atau ikut bekerja bersama.

Berikut ini tuntunan dalam memberikan tugas pada anak sebagaimana dikemukakan Schaefer :
• Berikan pujian apabila pekerjaan telah dikerjakan dengan baik.
• Berikan macam-macam pekerjaan, biarkan mereka memilih pekerjaan yang disukai.
• Berikan pembagian kerja dengan menyenangkan.
• Berikan contoh untuk bertanggung jawab, bekerja dengan senang, dan efisien.
• Berikan tugas yang berprestasi tinggi dan menarik, misalnya memasak kue, memasak ikan, sehingga mereka merasa ada perhatian atau tanggung jawab yang diberikan khusus.
• Selain memberikan tugas yang ringan dan menyenangkan, berikan juga tugas yang sulit namun masih bisa dilakukannya.
• Berikan jadwal kerja sehingga tidak mengganggu aktivitas lain, misalnya: waktu bermain, belajar, santai dengan keluarga.
• Berikan tuntunan atau pengawasan, tetapi biarkan anak memiliki kebebasan untuk bekerja sendiri dan lebih teliti.
• Jangan membiarkan cara kerja yang tidak benar, misalnya: menunda, beralasan, malas.
• Jangan memberikan tugas sebagai suatu hukuman karena anak bisa beranggapan bahwa kerja bukan merupakan aktivitas yang positif tetapi hanya merupakan hukuman.
• Terangkan alasan pemberian tugas dan mengapa harus bertanggung jawab. Terangkan pentingnya tanggung jawab sosial sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
• Apabila anak mengerjakan tugas ekstra, berilah perhatian dan pengawasan supaya hasilnya lebih baik.

Membuat tahapan tugas-pekerjaan
Seringkali tugas atau pekerjaan yang diberikan orangtua terhadap anak agak berat atau sukar. Anak cenderung takut atau tidak mau apabila harus melakukan atau menyelesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Mereka cenderung belajar melangkah sedikit demi sedikit. Boleh Anda menunda memberikan tugas yang berat tersebut, tetapi berikan sedikit demi sedikit atau sebagian dari tugas keseluruhan. Misalnya tugas membersihkan kamar. Pertama, suruh mereka mengembalikan mainan ke tempatnya. Minggu kedua, membersihkan jendela, berikutnya membersihkan meja dan kursi, begitu seterusnya hingga tugas keseluruhan dapat diselesaikan.

Bila cara ini dilakukan secara perlahan dan teratur, hasilnya si anak tidak merasa berat melaksanakan tugas yang mulanya dianggap berat. Cara ini dapat menimbulkan rasa percara diri dan menghargai karya dirinya.]

***

Memberikan Sanksi atau Hukuman pada Anak

Seandainya anak tidak mengindahkan peraturan atau perintah, berilah peringatan terlebih dahulu sebelum memberikan hukuman. Peringatan sebaiknya diberikan sekali atau dua kali, dan bila tidak diperhatikan berilah sanksi yang jelas. Jelas mengenai kesalahan yang diperbuat maupun sanksi yang akan diberikannya. Misalnya: “Ini peringatan. Bila kamu mengucapkan kata-kata itu lagi, saya masukkan ke dalam kamar selama 10 menit”, “Jangan ganggu kakak belajar. Bila kamu ulangi, saya cubit”.

Nada untuk menyatakan suatu peringatan, harus tegas sesuai dengan isi yang disampaikan. Misalnya menyampaikan perintah tetapi dengan menggunakan bentuk permohonan, hal ini kurang konsisten dan akan membingungkan si anak. Suatu sanki harus diberikan secara konsisten dan sesuai.

Apabila hal-hal yang tidak baik sering dilakukan, langsung saja beri keputusan terakhir berupa sanksi atau hukuman. Memang apabila Anda menginginkan agar anak percaya dan menghormati, berikan peringatan terhadap hal-hal yang kurang benar, jangan memberi ancaman. Ancaman mempunyai kesan lebih bersifat kekerasan.
Berikut berbagai keterkaitan dalam memberikan sanksi-hukuman pada anak sebagaimana dikutip dari “Harmonisasi Hubungan Orangtua-Anak” :

Mengenai sanksi – hukuman
Pemberian hukuman pada anak karena melakukan suatu kesalahan, terkesan kurang sesuai untuk anak-anak apalagi dalam masa pertumbuhan. Namun tidak demikian apabila penerapannya benar dan konsisten.

Tujuan jangka pendek dari pemberian hukuman adalah menghentikan tingkah laku yang tidak benar, sedangkan tujuan jangka panjangnya mendidik dan mendorong anak menghentikan sendiri tingkah laku yang tidak benar serta belajar bertanggung-jawab.
Ada tiga tipe hukuman yang dapat diberikan pada anak setelah mereka melakukan kesalahan:
• Restitusi, yaitu menyuruh anak untuk mengerjakan hal yang tidak menyenangkan.
• Deprivasi, mencabut atau menghentikan hal yang disenangi anak.
• Membebani dengan sesuatu yang menyakitkan atau menyedihkan.

Tipe hukuman mana yang dapat diterapkan, disesuaikan dengan usia anak dan jenis kesalahan yang dilakukannya.

Saatnya memberikan Sanksi
Semakin cepat memberikan sanksi terhadap anak yang berbuat kesalahan, semakin baik. Anak cenderung lupa terhadap kesalahan yang diperbuat apabila pemberian hukuman ditunda terlalu lama. Segala perbuatan anak harus segera mendapatkan tanggapan dari orangtua, baik tanggapan yang positif (pujian, hadiah) maupun hukuman atau sanksi. Penelitian menunjukkan, pemberian hukuman dengan segera setelah anak melakukan kesalahan, dapat mengurangi frekuensi pengulangan perbuatan yang salah tersebut.

Anak belajar sesuatu secara bertahap dan gampang lupa. Untuk mengadakan perubahan tingkah laku anak, orangtua harus bertindak sabar, tidak hanya satu atau dua kali memberikan pengarahan. Pengarahan harus diberikan pada waktu yang tepat.

Meminimalisasi terjadinya pelanggaran dan sanksi
Beberapa studi menerangkan bahwa anak lebih cepat mempelajari suatu sikap baru apabila pengarahan diberikan dan sekaligus dipraktikkan. Semakin sering memberikan pengarahan, semakin cepat pula dalam mempelajari sikap baru tersebut.

Terkait dengan masalah pelanggaran dan sanksi, maka dengan sendirinya akan membuat anak berusaha menaati peraturan atau perintah sehingga ia terhindar dari sanksi atau hukuman.

Tidak ada komentar: